Pernah angin berbisik lembut padaku, "Tahukah kamu, Matahari sengaja menenggelamkan dirinya untuk membahagiakan manusia."
"Benarkah begitu?" aku pun bertanya.
"Matahari, menenggelamkan dirinya agar kamu mampu melihat indahnya rembulan dan gemintang." kata angin kemudian.
Maka mataku pun berbinar. Tapi sejenak kemudian aku bertanya, "Mengapa tak pernah ia utarakan?"
Angin mencelaku, "Kamu harus tahu, kebaikan yang kita lakukan diam-diam, mengajarkan kita makna ketulusan, bahwa yang kita lakukan adalah agar terlahir sebuah senyum merekah, hati yang penuh suka cita, pada ia yang ingin kita saksikan bahagia".
Mataku berbinar untuk kali kedua.
Biarpun tak banyak, dalam laku yang terang maupun tersembunyi, kebaikan harus senantiasa diusahakan. Kebahagian layak diperjuangkan, tidak hanya pada hidup kita, tidak hanya pada hari-hari kita, melainkan juga pada hidup, dan hari-hari orang lain.
***
Apa kabarmu duhai malam?
Sudah lama rasanya tak kututurkan sekelumit kenangan dalam ruang kecilku ini. Pun tentang kepedulian, harapan, dan masa depan.
Aku ingin berbagi sedikit rahasia denganmu. Tadi, kutemukan gambar menyenangkan ini. Tahukah kau, harumnya kebaikan manusia-manusia di sekelilingku, memelukku begitu erat. Sampaikan pada langit, semoga harum itu melekat lebih lama lagi. Semoga, mampu menyebabkan lisan, langkah, serta jemari ini menghimpun manusia yang lain juga mampu merasakan hal yang serupa.
"Karena kalian adalah salah satu tempat dimana energiku tersimpan. Salah satu tempat dimana kekuatanku ada. Ya, tempat itu adalah dirimu, duhai sahabat."
#teruntuk semua BLOOFERS, dimanapun kalian berada saat ini.
Sedikit semburat jingga, ditemani rintik-rintik hujan pun kemudian menjadi momen yang selalu mampu memamerkan keajaibannya, membawaku dalam sebuah lompatan kenangan yang takkan pernah bisa aku tahu bagaimana prosesnya..
Seperti sore ini, dalam studio mini milikku.
Ada seikat kenangan yang bila kulepas dan kujejerkan satu persatu, akan terangkai satu cerita yang akan memperlihatkanmu betapa jauh dan terjal jalan-jalan yang telah aku tempuh.
Ada seikat kenangan yang bila kulepas dan kujejerkan satu persatu, bersamanya akan ada rasa syukur yang terpicu oleh sebuah cerita, betapa indah antiklimaks yang dipersiapkanNYA untukku dalam cerita ini.
Ada seikat kenangan yang bila kulepas dan kujejerkan satu persatu, akan ada hangat sebuah keteduhan, yang begitu terasa bahkan ketika aku belum menyelesaikan bercerita tentang semua ini.
Ya, ini cerita tentang studio akhir yang telah kutuntaskan, tertanggal 23 Juni kemarin.
Pernah ada suatu episode, dimana aku tertinggal, karena aku begitu menikmati menjebak diri dalam aktivitas-aktivitas para pengguna terminal. Mencoba menyatu dan menjadi aktor dalam sebuah judul film bernama Terminal Regional Daya. Pun berdiam pada satu titik, memperhatikan setiap detail yang disuguhkan oleh mereka yang lalu-lalang mencari kotak-kotak besi yang mau menghantarkan mereka mencapai tujuan perjalanan. Tapi, sungguh, aku menikmatinya!
Pernah ada suatu episode, dimana aku harus rela menyerahkan uang makan malam hari itu, kepada mereka-mereka yang memilih memerankan tokoh-tokoh preman dalam cerita ini, demi sebuah senyuman di wajah ini, karena berhasil merekam detail aktivitas-aktivitas terminal di malam hari. Tapi, sungguh, aku menikmatinya!
Pernah ada suatu episode, dimana aku harus terbakar oleh sengatan matahari yang sungguh terik, dalam sebuah set lokasi tanpa teduh vegetasi. Demi memahami apa sungguhnya, dan bagaimana aksesibilitas mengambil peran begitu penting dalam cerita tentang terminal ini. Menjadi bagian cerita yang akan menaikkan nilai rating jika telah terpublikasi dan dinonton oleh berjuta pasang mata di luar sana. Tapi, sungguh, aku menikmatinya!
Pernah ada suatu episode, dimana aku harus dicap dan dinilai tidak becus oleh dosen, hanya karena jumlah lembar yang menurut beliau, tidak aku penuhi untuk sebuah cap "layak ujian". Namun, aku memilih berpikir lain, bahwa aku memilih beberapa judul cerita dari lembaran-lembaran gambar yang aku kerjakan, karena sungguh merekalah yang mampu mewakili apa yang sedang aku kerjakan. Tapi, sungguh, aku menikmatinya!
29052013,
Di sinilah kenangan-kenangan itu pun berkumpul, menjadi satu ikatan cerita yang membanggakan. Mungkin tak terlihat jelas oleh orang lain, namun sudah membuatku tersenyum penuh arti, karena aku belajar, bahwa kesungguh-sungguhan, menikmati proses, dan penasaran dengan hasil akhir sungguh sangat menentukan bagaimana antiklimaks dari cerita/kisah yang kita ciptakan. Dan bagiku, itu sudah lebih dari cukup. Aku pun dinyatakan lulus dengan nilai 3,75. Dan hari itu, di antara mahasiswa lain yang sedang tegang menunggu nilai mereka dibacakan, sebuah senyum kemenangan menghiasi wajaku. Dan jauh sebelum hari ini datang, hatiku pernah berbisik, bahwa aku akan sampai pada titik ini. Aku sudah mencipta antiklimaks ku sendiri. ^^
Ya, proses ini pun mengantarkanku pada sebuah kesimpulan yang kurangkum dalam satu kata: "NIKMATILAH". Dan aku sungguh percaya, bukan sebuah kebetulan aku memilih judul tugas akhir itu. Ada rencana Allah di sana. Dan, betul adanya. IA ingin menyampaikan suatu pesan itu padaku. Nikmatilah prosesmu, AKU ada di sini memperhatikan. Nikmati prosesmu, maka akan kupersiapkan akhir bahagia untukmu..
Oh iya, judul tugas akhirku itu, Redesain Terminal Regional Daya.
Terminal Daya, karena letaknya di daerah dengan sebutan Daya. Salah satu terminal tipe A yang dimiliki oleh kota Makassar.