Oleh Ustadz Salim A. Fillah.
3 poin yang perlu diperhatikan mengenai kualitas hubungan ukhuwah seseorang dengan saudaranya yang lain:
1. Aku aman bagimu.
2. Aku nyaman bagimu.
3. Aku membawa manfaat bagimu.
Aku.
Kamu.
Sudah sampai di level mana?
3 poin yang perlu diperhatikan mengenai kualitas hubungan ukhuwah seseorang dengan saudaranya yang lain:
1. Aku aman bagimu.
2. Aku nyaman bagimu.
3. Aku membawa manfaat bagimu.
Aku.
Kamu.
Sudah sampai di level mana?
Apabila ada sepotong ayat yang terasa khas bagimu, percayalah itu bukan suatu kebetulan. Mungkin saja itu adalah petunjuk, atas jawab dari doa-doa yang tergambar di langit.
Masih ada jiwa-jiwa yang lekat padanya rasa ketidakpedulian, dari sampah-sampah yang berserakan di sekitar. Pun pada kengganannya untuk menyisihkan sebagian rejeki pada saudara-saudara yang membutuhkan.
Masih ada jiwa-jiwa yang tak mengenal kata menghargai, dari sikap ugal-ugalan yang ditunjukkannya di jalan raya. Pun pada suara-suara tak santun ketika berhadapan dengan yang lebih tua.
Masih ada jiwa-jiwa yang jatuh pada ketidakjujuran, di perniagaan-perniagaan yang dilakoninya. Pun pada hak-hak orang lain yang diambilnya atas kepentingan pribadi.
Masih ada jiwa-jiwa yang tak memperdulikan masa depan yang lebih baik, dari rasa malas yang dipeliharanya dari masa lalu hingga kini. Pun pada alam yang dirusaknya demi angka-angka yang tercetak di atas lembar kertas.
Namun...
Akan selalu ada jiwa-jiwa yang begitu cinta untuk memberi tanpa pamrih. Karena ia sadar, dengan memberi lebih banyak, ia kan menerima yang lebih banyak. Ia percaya pada janji Tuhannya.
Akan selalu ada jiwa-jiwa yang senang membuat orang lain tersenyum. Yang menghidupkan lentera-lentera kehangatan di tengah badai keegoisan yang menerpa. Karena ia yakin, pada senyum-senyum itulah ia merasa menjadi pribadi yang sangat kaya.
Akan selalu ada jiwa-jiwa yang mencoba berbuat sesuatu terhadap ketidakadilan. Karena ia berprinsip, bahwa jujur itu investasi jangka panjang yang menguntungkan. Bahkan hingga ke alam akhirat.
Akan selalu ada jiwa-jiwa yang begitu gigih berjuang. Yang percaya bahwa mimpi-mimpi itu kan semakin kokoh berdiri di atas cobaan-cobaan. Ia yakin, berjuang itu menyenangkan, dan Tuhannya kan terus berada di sampingnya.
Aku.
Kamu.
Memilih tuk termasuk dalam jiwa-jiwa yang mana?
Tangerang,
17.05.2015
Nilai-nilai non esensial sering disematkan di sana. Pada kebahagiaan yang datang di akhir tahun, saat kebahagiaan itu bisa ter-diskon 50 hingga 75 persen. Kebutuhan pun didikte oleh publikasi, media, bank, dll. Dibuat percaya bahwa kebahagiaan bisa ditentukan oleh materi. Kebahagiaan dikendalikan oleh benda tak bernyawa?
Sudahkah engkau bahagia?
Apakah harus menghabiskan uang untuk mengejarnya?
Apakah harus menghabiskan uang untuk mengejarnya?
Hujan tiba-tiba turun. Didengarkannya dengan seksama nyanyian itu. Riuh, dan saling bersahutan. Baginya, hujan itu meneduhkan. Baginya, hujan itu adalah saat dimana ia akan duduk di sudut-sudut kata. Akan dibiarkannya aroma hujan berdesakan masuk. Menggenangi hati, membasuh jiwa.. Ya, ia mencintai hujan.
Pertama berkenalan dengannya, adalah saat derap pasang-pasang kaki yang berlarian itu terhenti. Di bawah tempatnya berteduh, dengan seragam putih abu-abu yang sedikit basah, ia dan hujan bertemu tatap. Uluran tangan yang ramah pun saling menjabat. Waktu pun terisi dengan cerita-cerita yang tertumpah dari langit. Tentang ia yang sedang menapakkan langkah-langkah di jalan mimpi. Tentang tahun-tahun yang pernah terbuang di tepian harapan. Tentang air mata wanita pertamanya. Tentang semangat yang masih tetap terjaga dan hangat di sela-sela jemari. Tentang langit, sebuah ladang indah tempatnya ingin bermetamorfosa.
Lalu, dalam lapangan basket yang selalu menjadi tempat favoritnya. Dalam keluh yang larut dalam rasa, hujan datang tuk menghibur. Bahwa memang tak selalu tersaji kenyataan yang sesuai harapan. Bahwa hari itu adalah salah satu cara semesta tuk memperkenalkannya pada sebuah pembelajaran. Bahwa seperih apapun kisah yang pernah terjadi, ia adalah guru yang kan mengajarkannya untuk lebih dan lebih baik lagi.
Waktu berlalu.
Namun, masih tentang ia. Yang saat ini telah menjelma dewasa.
Waktu mengajarkan ia, tak ada yang lebih berarti dari senyum bahagia keluarga. Tak ada yang dapat menggantikan tawa dan duka yang dibagi bersama sahabat yang telah menjelma saudara. Ataupun membersamai lingkaran-lingkaran kebaikan yang kan memberikannya kebermanfaatan.
Hujan mengajarkan ia tentang sunyi. Bahwa ia selalu punya waktu untuk pulang, pada diam di sepertiga malam. Sekadar merapikan mimpi-mimpi. Sekadar menggenapkan ikhtiar. Ya, pada malam, kekasih dari tiap kata-kata yang menjelma doa.
Pada hujan ia berterimakasih. Karena telah membuatnya kaya. Dalam cara-cara yang sederhana. Kali ini, matanya memandang tak lagi pada cangkir-cangkir kehidupan yang terkadang mampu melumpuhkan dan menumpulkan jiwa. Tak lagi pada kata-kata yang melambungkan jiwa. Atau pada canda tawa yang terkadang berlebihan hingga mampu melukai perasaan. Matanya kali ini memandang pada jejak-jejak keagungan Pria Al-Amin nya. Jiwanya ingin mengecap lembut perangai kekasihNya. Tangannya ingin menggenggam lebih banyak lagi kebaikan. Kakinya ingin melangkah lebih jauh pada jalan-jalan yang dibangun atas dasar cinta padaNya. Ya, ia telah jatuh pada keanggunan kesederhanaan.
Semoga Allah senantiasa menjaganya dalam kebaikan.
Semoga Allah senantiasa memudahkan urusannya.
Semoga Allah senantiasa mengguyurnya dengan hujan-hujan keimanan.
Arya.
Tangerang, 09.05.2015