Menjawab Khil #1 - Perjalanan

14.54


Apa memang dalam sebuah perjalanan, harus selalu ada yang kita temukan? Tidak bisakah perjalanan hanya sekadar perjalanan?
Tanyamu suatu hari. Engkau sedang duduk di kereta saat itu, menuju Aachen. Duduk di dekat jendela, memandang penasaran pada yang akan engkau temukan di depan. Ada sesuatu yang engkau cari.

Mungkin rasa bosan yang mendorongmu untuk bepergian, meski sendirian. Berbekal sebuah tas yang berisi novel karangan J.D. Salinger, headset, buku dengan kertasnya yang warna warni, dan tentu saja polaroid yang tak pernah engkau lupakan ketika sedang bertualang.

Sepanjang perjalanan, pastilah ada banyak hal yang engkau temui. Memperkaya perbendaharaan rasa, lewat cerita-cerita yang disuguhkan oleh manusia-manusia yang lalu lalang. Ada pundak-pundak yang menyandarkan lelah, yang akan membuatmu tersenyum. Lalu keramahan ia yang tak engkau kenal semakin mendewasakan pemahamanmu. Semakin memperkaya cara pandangmu.

"Tidak bisakah perjalanan sekadar perjalanan?" tanyamu.

Jangan. Jangan seperti itu. Karena perjalanan yang baik adalah perjalanan yang membuatmu semakin paham akan alasan-alasan yang menggerakkanmu. Perjalanan yang semakin membuatmu yakin dengan tujuan yang engkau inginkan.

Bukankah pernah sama-sama sepakat, bahwa sejatinya tujuan perjalanan itu hanyalah satu. Bahwa perjalanan adalah langkah yang harus ditempuh agar lelah bisa bersandar pada tenang? Maka, baikkanlah, benarkanlah perjalananmu. Karena ia tidak sekadar untuk mengukir nama. Ia juga harus mampu merajut ukhuwah. Yang suatu hari kan menggenggam mu erat, menarikmu kembali, bersama-sama menuju puncak yang penuh dengan udara ketakwaan.

Perjalanan, janganlah hanya sekadar perjalanan. Jadikan ia sarana, untuk memeluk sejuk dan Wangi surgaNya.. Jadikan ia jembatan, untuk mendekap hangat cahayaNya..

Teruskanlah perjalananmu.
Ambillah cinta dari langit sebagai sebaik-baik bekal.
Terbarkanlah.

Semoga perjalananmu penuh hikmah.



arya.poetra
Jakarta, 26 Sya'ban 1438H

0 komentar