Menulis Ramadhan #1 - Daun Yang Gugur

07.11



Bukankah sudah seperti itu, bahwa tak selamanya dedaunan akan terus menghijau. Akan ada hari dimana ia akan mulai menguning. Layu,kemudian gugur, kembali ke pangkuan bumi.

Bukankah sudah menjadi ketetapan semesta, bahwa tak selamanya dedaunan akan terus menemani reranting menyaksikan buah-buah menjadi ranum. Akan ada hari dimana ia jatuh bersama ranting yang menua, patah, lalu terbaring tak berdaya.

Saya percaya, Ramadhan datang dengan beragam cerita dan hikmah bagi mereka-mereka yang menyambutnya. Ada cerita bahagia, dari manusia-manusia yang akhirnya menemukan tambatan cintanya. Ada kisah-kisah biru, kala lelah akhirnya menemukan sepetak bahu untuk bersandar. Ada amarah-amarah yang pada akhirnya bertemu dengan damainya memaafkan. Pun tak sedikit ada kisah pilu, yang melahirkan air mata haru.

Dua minggu sebelum kehadiran Ramadhan, ada cerita-cerita tentang daun-daun yang berguguran. Ada jantung yang hanya diizinkanNya berdetak dibawah usia 30. Meninggalkan suami yang telah menemani dengan penuh cinta, juga buah hati yang takkan sempat dilihatnya bertumbuh. Ada tarikan nafas yang akhirnya terengah sebab tertimpa sebuah pohon. Juga ada usia yang diizinkanNya melangkah hanya hingga 1 Ramadhan.

Dan kepada engkau wahai diri, yang hingga hari ini masih diizinkanNya menghirup wangi Ramadhan, masihkah ingin menjalani bulan mulia ini dengan sia-sia? Padahal ia datang membawa janji Rabb mu yang Maha Pengampun, bahwa dosa-dosa akan berguguran karena ganjaran amal yang berlipat-lipat. Masihkah ingin menjalani bulan mulia ini dengan biasa-biasa saja? Padahal tak engkau sadari, hitam di hatimu semakin bertambah karena rasa sombong dan keengganan untuk bersyukur..

Ya, Ramadhan kali ini datang dengan cara yang berbeda. Kembali mengingatkan sabda Sang Manusia Mulia, bahwa manusia yang cerdas itu adalah manusia yang sering mengingat bahwa suatu saat,  ia akan gugur layaknya dedaunan yang kembali ke pangkuan bumi. Jangan ingkari, karena ia adalah pasti. Bukankah daun yang gugur mengajarkanmu untuk mempersiapkan bekal dengan sebaik-baik kesungguhan. Bukankah daun yang gugur mengingatkanmu untuk cerdas mengambil hikmah dari tiap langkah. Dan bukankah daun yang gugur akan terus mengarahkanmu tuk kembali ke jalan-jalan kebaikan.

Bersama Ramadhan ini, jadilah manusia cerdas itu.

arya.poetra
Jakarta, 2 Ramadhan 1438H

1 komentar

  1. Paragraf ke-4.

    Entah kenapa, pun saya sebelum Ramadhan kali ini banyak teman,junior,senior yang menurutku masih sepantaran, masih teman sepermainan, katakanlah masih muda dan produktif ya yang tiba-tiba terkabar meninggal dunia,:(

    Semacam pengingat, untuk berbenah.

    BalasHapus